Selasa, 28 September 2010

Friedrich Nietzsche: Friedrich Nietzsche @ Goethe-Institut Bandung

Waktu menunjukkan pukul 21.00 di Goethe Garten Goethe-Institut Bandung, Berthold Damshauser dan Agus R. Sarjono duduk dengan santai sambil mendiskusikan karya - karya berat Friedrich Nietzsche, mereka berdua sambil merokok membacakan karya Nietzsche sambil diiringi petikan gitar seorang musisi berambut gondrong. Berthold yang akrab dipanggil Pak Trum membacakan karya Nietzsche dengan bahasa Jerman lalu Agus R. Sarjono menterjemahkannya dengan bahasa Indonesia.

Acara yang membahas buku Syahwat Keabadian atau Konak Keabadian menurut agus R. Sarjono berlangsung seru, penuh pertanyaan kritis dan perdebatan dari para tamu undangan yang hadir.

Seperti kita ketahui, Friedrich Nietzsche adalah seorang Filsuf Jerman dan ahli Filologi (meneliti teks kuno), Nietzsche adalah seorang Atheis dan antichrist, sepuluh tahun kehidupan terakhir nya dilalui dalam keadaan gila setelah memeluk seekor kuda.

Tamu undangan yang hadir dihadiahi masing - masing buku Syahwat Keabadian oleh panitia, sehingga para tamu dapat membaca dan mempelajari karya Nietzsche sambil dipandu oleh Pak Trum.

Waktu sudah menunjukkan pukul 21.45, tapi diskusi semakin menarik dan para tamu belum beranjak pulang, diskusi ini membahas antara lain tentang aforisme yaitu tulisan Nietzsche yang tidak sistematis, membahas pula tentang kerinduan kepada keabadian, kebenaran tunggal dan mutlak itu tidak ada, Tuhan telah mati dan kitalah yang membunuhnya, Intuisi di atas rasio, amorfati yaitu cinta akan nasib.

Pak Trum mengatakan bahwa sebagai seniman kita harus punya pengalaman spiritual dalam berkesenian, Nietzsche juga selalu menghujat Tuhan dan mempertanyakan agama secara jujur, Nietzsche lebih percaya estetika daripada moralitas, dan seni membuat kita tidak menjadi budak.

Menurut Agus R. Sarjono. Nietzsche adalah Sufinya orang atheis, Nietzsche mempertanyakan agama yang penuh dengan aturan yang sewenang - wenang, dan daripada tinggal di mesjid, gereja dan pura, lebih baik kita tinggal di hutan, itulah kegilaan kreativitas Nietzsche. Agus juga memperhatikan banyak mahasiswa dan seniman yang penampilannya semau gue dengan fashion yang tabrak sana tabrak sini, tetapi ketika mereka mengajukan pertanyaaan dan tanggapan, mereka seperti seorang intelektual yang pintar dan brilian, bandingkan dengan anggota DPR yang berpenampilan perlente tetapi kelakuan dan pernyataannya seperti anak TK.

Akhirnya setelah jam 22.15, acara diskusi selesai, dan para tamu menyantap hidangan teh, kopi panas, kue - kue dan semangkuk cream sup lengkap dengan roti prancis. Terimakasih buat Pak Trum (Berthold Damshauser), Agus R. Sarjono, Goethe Institut Bandung dan para panita, you're rock!!


Friedrich Nietzsche @ Goethe-Institut Bandung

Senin 27 September 2010.

Waktu menunjukkan pukul 21.00 di Goethe Garten Goethe-Institut Bandung, Berthold Damshauser dan Agus R. Sarjono duduk dengan santai sambil mendiskusikan karya - karya berat Friedrich Nietzsche, mereka berdua sambil merokok membacakan karya Nietzsche sambil diiringi petikan gitar seorang musisi berambut gondrong. Berthold yang akrab dipanggil Pak Trum membacakan karya Nietzsche dengan bahasa Jerman lalu Agus R. Sarjono menterjemahkannya dengan bahasa Indonesia.

Acara yang membahas buku Syahwat Keabadian atau Konak Keabadian menurut agus R. Sarjono berlangsung seru, penuh pertanyaan kritis dan perdebatan dari para tamu undangan yang hadir.

Seperti kita ketahui, Friedrich Nietzsche adalah seorang Filsuf Jerman dan ahli Filologi (meneliti teks kuno), Nietzsche adalah seorang Atheis dan antichrist, sepuluh tahun kehidupan terakhir nya dilalui dalam keadaan gila setelah memeluk seekor kuda.

Tamu undangan yang hadir dihadiahi masing - masing buku Syahwat Keabadian oleh panitia, sehingga para tamu dapat membaca dan mempelajari karya Nietzsche sambil dipandu oleh Pak Trum.

Waktu sudah menunjukkan pukul 21.45, tapi diskusi semakin menarik dan para tamu belum beranjak pulang, diskusi ini membahas antara lain tentang aforisme yaitu tulisan Nietzsche yang tidak sistematis, membahas pula tentang kerinduan kepada keabadian, kebenaran tunggal dan mutlak itu tidak ada, Tuhan telah mati dan kitalah yang membunuhnya, Intuisi di atas rasio, amorfati yaitu cinta akan nasib.

Pak Trum mengatakan bahwa sebagai seniman kita harus punya pengalaman spiritual dalam berkesenian, Nietzsche juga selalu menghujat Tuhan dan mempertanyakan agama secara jujur, Nietzsche lebih percaya estetika daripada moralitas, dan seni membuat kita tidak menjadi budak.

Menurut Agus R. Sarjono. Nietzsche adalah Sufinya orang atheis, Nietzsche mempertanyakan agama yang penuh dengan aturan yang sewenang - wenang, dan daripada tinggal di mesjid, gereja dan pura, lebih baik kita tinggal di hutan, itulah kegilaan kreativitas Nietzsche. Agus juga memperhatikan banyak mahasiswa dan seniman yang penampilannya semau gue dengan fashion yang tabrak sana tabrak sini, tetapi ketika mereka mengajukan pertanyaaan dan tanggapan, mereka seperti seorang intelektual yang pintar dan brilian, bandingkan dengan anggota DPR yang berpenampilan perlente tetapi kelakuan dan pernyataannya seperti anak TK.

Akhirnya setelah jam 22.15, acara diskusi selesai, dan para tamu menyantap hidangan teh, kopi panas, kue - kue dan semangkuk cream sup lengkap dengan roti prancis. Terimakasih buat Pak Trum (Berthold Damshauser), Agus R. Sarjono, Goethe Institut Bandung dan para panita, you're rock!!